Senyum terindahmu

Kisah ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tepat minggu kedua di bulan Januari 2010 adalah awal pertama masuk sekolah semester genap tahun ajaran 2009/2010. Tentu saja suasana pagi di (*SMPN 1 Kadipaten sangat ramai. Semua ketua kelas terlihat sangat sibuk mengkondisikan kelas mereka agar suasana belajar saat KMB besok bisa nyaman. Semua siswa pagi itu sibuk sekali. Ada yang mondar mandir ke ruang guru mencari alat kelengkapan kelas, ada yang beresin meja, ngepel, nyapu, kumplit dahh! Nah, begitu pula di kelas VIII A, masih pagi udah ada yang ngomel-ngomel.
“ Masa kamu dari tadi diem, aja. Yang laen pada kerja kok ini malah ngobrol terus.” Adzkiya(KM VIII A) terlihat kesal melihat temannya yang hanya berdiri melihat yang lain kerja. Kiya (begitulah orang menyapanya) memang tidak suka melihat orang yang maunya enak sendiri makanya dia sering sekali ngomel-ngomel di kelas. tapi, yang namanya cowok kok dimarahin malah kaya yang enak gitu, bikin ulah lagi bikin ulah lagi.. ckckckck
Minggu itu ada sosialisasi pemilihan calon ketua OSIS baru, kak Rahmat (ketua OSIS) dkk berkeliling ke setiap kelas mensosialisasikan pendaftarannya, tiba di kelas VIII A, yang kebetulan giliran kelas terakhir.
“ Nah, gimana seru kan? Ada yang minat gak nihh?” seru kak Rahmat selesai menjelaskan
“ Kiya, Kiya tuhh kak..!!” tunjuk Fian pada Kiya
“ Lah, kok aku siih?...” Kiya bingung sendiri “…Ngga kok kak!” lanjutnya
“ Lho, kenapa kok Kiya gak mau ikut?” tanya kak Rikha
“ Eum,,,, ngga dech kak. Aku gak niat.” Sanggah Kiya
“ Eh, ikutan aja,,, temenin si Fadli tuh, kasian biar ada temennya kan kalian juga bisa join’nan ?” bujuk kak Rahmat
“ Apa ?? Fadli kak?? “ tanya Kiya kaget
“ Heu’eum, Fadli kelas VIII E tuh yang barengan kamu!” jelas kak Fitri
“ Heum, gimana yah? Eueeueueu… eueueueuemmmm….” Kiya berpikir panjang
“ Ya kakak harap sihh diantara kalian ada kepilih gitu, ya kalau bisa kalian sama2 kepilih jadi pengurus inti, biar kakak juga gampang ngasih pengarahannya.” lanjut kak Rahmat
“ Gimana yah? Tapiii…eummm ya udah dech iya.”
“ Siiiiiiiiippp!” jawab kak Rahmat dkk kompak
Kiya tidak bisa menolak, apalagi Kiya memang sudah aktif di OSIS sejak kelas VII jadi mau gak mau yah harus dicoba. Masa kalah sama yang lain? toh bukan dia aja yang dari OSIS sendiri yang ikut pemilihan ketua, ada Fadli juga, meski Kiya gak begitu dekat sama Fadli. Dia mencoba meyakinkan dirinya. [..]
Tahap demi tahap Kiya ikuti dengan baik, untung saja Kiya punya banyak teman yang begitu mensuportnya. Tentunya semua juga berkat kerjasama yang selama ini Kiya lakukan bersama Fadli, yah memang sejak itu lah Kiya dekat dengan Fadli, orang yang selama ini Kiya kenal sangat sombong, dingin, cu’ek dan ANTI CEWEK itu ternyata jadi teman baiknya. Awalnya, Kiya juga sangat janggal mana ada gituh di zaman reformasi gini ada cowok yang anti banget sama cewek. Tapi, toh nyatanya ada. Fadli jarang sekali bertegur sapa dengan cewek, bahkan ada yang ngejar2 pun dia cuekin. Malah dia musuhin, karena itulah Kiya dan teman2 ceweknya yang laen berkesimpulan bahwa Fadli adalah cowok yang anti cewek.
“ Kiiiyaaaaa.” Teriak seseorang, Kiya yang sedang terburu-buru pun akhirnya berhenti dan menengok kearah suara itu. Dilihatnya Fadli berlari menghampirinya.
“ Eh kamu, ngapain pake lari2 segala, kaya yang di kejar2 syetan aja.” gurau Kiya sambil melanjutkan langkahnya.
“ Heh, bukan saatnya bercanda!..” tukas Fadli yang cukup membuat Kiya terfokus pada pembicaraanya “… ini soal hasil pemilihan tadi !! “ lanjut Fadli dengan nada yang beda dari biasanya, Fadli terlihat sangat serius.
“ Mm..em..mangnya..kenapa?” Kiya cemas
“ Ck Ahhhh, suara aku terbanyak.” Jawabnya datar
“ Lho, kok malah murung? Bukannya seneng !!.”
“ Aduhh Kiya, aku kan udah bilang aku gak mau jadi ketua ! Ak…akk..aku…eueu..aku…”
“ Aduh udah dehh, pokoknya apapun itu kamu harus terima, aku yakin kamu bisa kok! selamat yahh,, good luck! Tenang aja.. okeh!” potong Kiya meyakinkan. Fadli tampak berfikir.
“ Okeh, aku mau. Tapi, dengan satu syarat.” Fadli angkat bicara
“ Apa?”
“ Di acara MPK besok aku angkat kamu jadi wakil.”
“ Apa?? Aku?? Gila kamu !!”
“ Ohh ga mau? ya udah aku mau ngundurin diri aja dehh.”
“ Eh..eh jangan! Enak aja mau ngundurin diri, entar aku gimana?” upsz.. Kiya langsung menutup mulutnya, Fadli menatapnya dengan penuh selidik
“ Maksudnya?” tanya Fadli penasaran
“ Mmak…maksuud..maksud aku eueue.. iiitu ‘ntar kak Rahmat dkk gimana? Bisa jadi mereka kecewa sama kita lagi, kan gak enak juga.” Jawab Kiya gugup
“ Eumm…????” Fadli masih menatap Kiya yang semakin gugup
“ Aak..aaku dd..duduluan yah, eum aku harus ke perpus temen2 aku pasti udah pada nungguin. Dahhhh” Kiya berlari menuju perpustakaan. Aduhh,, bodoh banget sihh! Untung dia gak banyak nanya bathin Kiya, Fadli terus saja diam menatap Kiya yang sesekali menengoknya ke belakang, sambil terus berpikir tentang ucapan dan tingkah Kiya tadi. Lalu tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya bersama temannya yang lain. [..]
Enam bulan kemudian..
Tentunya Kiya dan Fadli sudah kelas IX, hanya tinggal beberapa bulan lagi mereka duduk di OSIS dan Kiya tidak bisa menolak saat enam bulan yang lalu ia di angkat menjadi wakil ketua oleh si ketua. It’sOk semua sangat baik, Fadli memimpin sangat bijak. Dan karena sifatnya yang humoris dan supel dia juga sangat disenangi rekan-rekan, dan adik-adik kelasnya. Dugaan Kiya bahwa Fadli orang yang sombong, cuek, dingin itu salah besar, kalau kita udah deket, Fadli orangnya asyik. Tapi, sayang si ketua sama si wakil ini gak pernah akur, padahal dulunya mereka kompak, hampir tiap ada pertemuan selalu saja waktu terbuang percuma gara2 Fadli dan Kiya yang berantem, padahal cuman karena masalah sepele. Dan anehnya selalu saja ada cara mereka buat akur lagi, bahkan kalau mereka bener2 lagi hilang tuh syetannya, mereka deket banget.
“ Heh, COWEL!” tukas Kiya, begitulah panggilan Fadli pasca dia jadi ketua. COWEL(cowok bawel) Siapa pelopornya? Tentu saja siapa lagi kalau bukan Kiya.
“ Cowel-cowel! Apa? “
“ Nih, artikelnya udah jadi. Tinggal diedit aja! Aku pulang ya, cape banget nihh.” Rintih Kiya melenggak2kan kepalanya
“ Enak aja! Yang laen juga belum!” sahut Fadli
“ Kan tugas aku udah selesai, lagian kalau madingnya di tempel sekarang gak bakal keburu kali Fad. Aduhh. Rumah aku jauh, yah boleh yah.!”
Fadli tampak berfikir.. “ Ya udah dehh, gih!”
“ Heum ^_^ thanks yah. Daaah!”
“ Iya..!”
“ Semua aku duluan yah!” seru Kiya
“ Okeh.” Jawab sebagian dari mereka
“ Fad, Loe kok izinin Kiya pulang? Tadi ajah gue yang minta gak boleh gimana sih??” protes Rahman, Hmm iya juga yah? Kok aku izinin si CECE(cewek cerewet) pulang! Ahh, ga beres nihh. bathin Fadli.
“ Ohh.. itu. Kiya ada kepentingan keluarga.” Jawabnya bohong tanpa dosa, semua cuman menatap Fadli selidik. Fadli hanya acuh dan kembali asyik dengan pekerjaannya. Meski Fadli dan Kiya sering berantem, sebenarnya mereka teman dekat, mereka sering curhat2, ngerjain tugas bareng, diskusi bareng dsb. Bahkan kebersamaan itu menanam suatu perasaan yang berbeda di keduanya. Apa itu? ‘ntah lah. Kiya pun baru menyadari hal itu ketika suatu malam saat dia membicarakan suatu rencananya pada Fadli via SMS, Fadli malah acuh tak acuh, Fadli mengalihkan pembicaraan dan malah bercerita tentang dia yang lagi ngebet banget sama cewek. Semua cerita Fadli malam itu membuat Kiya sangat kesal, Kiya sangat dongol, hal itu membuat Kiya menjauhi Fadli, tentunya ada suatu hal yang membuatnya seperti itu.
Di malam yang lain saat Kiya merebahkan tubuhnya usai salat malam, Kiya bergumam; “ Andai saja ada yang tahu soal perasaan ini? Andai saja aku bisa ungkapin semua ini. Aku menyesal, sangat menyesal..!! kenapa gak dari awal aku sadar kalau aku suka padanya. Kenapa baru sekarang setelah dia jatuh hati pada cwe lain aku baru menyadari, kalau aku memang suka padanya. Aku suka padamu Fadli. Jauh sebelum kamu kenal aku. Apa kamu menyadarinya? Aku gak tau hal apa mendasari perasaan ini, dulu hanya sebatas kagum, tapi dari cara kamu memperlakukan aku, dan kesehajaan sikap kamu,, semua itu membuat aku lebih dari mengagumimu. Maafkan aku jika perasaan ini tak kamu inginkan dariku ! hingga Kiya pun terhanyut dalam mimpinya. Dan itulah kenapa Kiya menjauh dari Fadli sampai2 dia memusuhi Fadli. [..]
Tiga bulan kemudian…..
Meski hubungan Fadli dan Kiya sudah baikan, Kiya tetap bungkam tentang perasaannya, Padahal peluang untuk Kiya sangat banyak, hanya saja Kiya mampu berfikir panjang, dia tidak mau merusak persahabatannya, hanya untuk sesuatu yang mungkin saja membuat Fadli jauh darinya. Selain itu Kiya takut seperti dua cewek sebelumnya yang sempat di tolak mentah2 sama Fadli, tentu itu sangat menyakitkan. Kiya tidak mau hal itu terjadi padanya. Kiya hanya mengharap suatu keajaiban, dimana suatu saat Fadli akan punya perasaan yang sama sepertinya. Hingga suatu ketika sepulangnya Kiya dari kegiatan camping, Kiya sempat ngobrol dengan beberapa temannya di sekolah
“ Wah, Kiya seru donk camping kemarin,” sambut Retno di kelas
“ Biasa aja, lagian aku kangen banget suasana kelas.”
“ Ehmz, selama kamu di sana ada yang bolak balik nanyain kamu tuh.” goda Riky
“ Bolak-balik? Kesini? Siapa?”
“ Siapa lagi kalau bukan tuh si COWEL mu itu!” tunjuk Lia pada Fadli yang sekilas lewat di depan kelas Kiya.
“ Maksud kamu ?”
“ Iyah ,,Kiya dari sejak kamu berangkat camping kemarin lusa, Fadli bolak-balik terus kesini nanyain kamu.” Tutur Rasti
“ Ohh..heum ^_^.” Kiya tersipu jelas sekali terlihat pipinya yang memerah
“ Kamu kenapa Kiya?” tanya Retno
“ Heumm, ngga.” semua percakapan itu berakhir seiring berkhirnya jam istirahat. [..]
Sore harinya sepulang sekolah lagi-lagi Kiya di kejutkan oleh seseorang yang kembali berteriak memanggilnya.
“ Kiiiyyaaa… adzkiiya tunggu!” teriaknya, kiya pun berhenti dan menengok
“ Kamu Fad, ada apa?” tanya Kiya melihat Fadli yang ngos2an mengejarnya
“ Heuh heumm… kamu ada waktu sebentar gak?” tutur Fadli terengah-engah
“ Kiya kami duluan yah!” sahut Retno
“ Oh iya, maaf yah!” ucap Kiya pada Retno dkk yang berlalu meninggalkannya berdua dengan Fadli.
“ Kiya, aku mau ngomong sesuatu…” Ucap Fadli dengan nada serius yang membuat Kiya lagi-lagi terfokus pada ucapannya “…Kiya…aku…Eueueu…Kiya aku…aku gak tau persaan apa ini? Tapi, perasaan ini aku sadari tiga hari yang lalu saat kamu pergi camping. aku sangat kehilangan kamu Kiya, sosok yang selalu marah, jengkel dan nasihatin aku. Aku kangen semua itu Kiya, aku sayang sama kamu, aku tahu ini konyol tapi,,, Kiya aku hanya ingin kamu tahu perasaanku. Hanya itu, ini lah sifat aku sebenarnya Kiya. Dan soal mau tidaknya kamu jadi pacar aku,, aku kembalikan sama kamu.” Lanjutnya dengan nada datar dan gaya bicaranya yang nyeroscos, namun tatapan Fadli pada Kiya cukup meyakinkan bahwa Fadli tidak sedang main2.
“ Kamu gak lagi bercandakan?” ucap Kiya meyakinkan siapa tahu Fadli kesambet syetan .
“ Ngga!” jawab Fadli singkat
Kiya bungkam, dengan tidak bisa menghindarkan tatapan Fadli yang teduh padanya “ Aku.. aku perlu waktu Fad, gak semudah itu aku putuskan hal semacam ini.”
“ Baiklah, perlu kamu tahu. Pernah aku berniat tidak ingin lagi mengenal cewek, tapi kamu lain! “ ucapnya berlalu dengan wajah sedikit putus asa.
Oh Kiya keajaiban yang kamu nantikan di depan mata. Kenapa kamu mesti harus berpikir? Jawabannya hanya satu, Kiya sudah 2x disakiti cwo, 2x pula Kiya di tinggal tanpa alasan oleh cwo yang dia sayang. Kiya hanya takut kejadian yang sama terulang lagi. hanya itu! Dia perlu meyakinkan hatinya.
Di hari kedua, Kiya belum juga memberikan jawabannya, sudah dua hari pula di sekolah Fadli bersikap tidak seperti biasanya. Hal itu sempat membuat Kiya dan beberapa teman yang tahu soal mereka cemas. Hingga sore harinya, ba’da Asar Kiya berdoa
”Ya Alloh tekad kan hati ini, bulatkan tekad ini, izinkan aku merasakan setetes cinta dari hambaMu, setitik kasih dari keagunganMu, ku mohon ya Alloh ridhoi hamba. Izinkan hamba tinggal dihatinya dihati hambaMu yang juga ku harapkan dihatiku. Semoga ini memang jalanMu.”
Keesokan harinya.. sepulang sekolah Kiya pun menemui Fadli di perpustakaan. Dilihatnya Fadli bersama teman2nya yang lain sedang asyik berdiskusi, Kiya hanya diam di pintu hingga akhirnya Fadli pun melihat dan menghampirinya
“ Hai,” sapa Fadli dengan senyum khasnya
“ Hai,juga.”
“ Ada apa? Eum,, soal keputusan?” tanya Fadli sambil menerka
“ Iya.”
“ Apa?” wajah Fadli terlihat cemas
“ Aku...euum…aku…(bismillahirrahmanirrahim,bathinnya)akuu…cuman mau bilang…”
“ Apa?” lagi2 Fadli memotong ucapan Kiya
“ And so am I.” ucap Kiya begitu tenang
“ Kamu serius?” ucap Fadli kaget. Kiya hanya menjawab dengan seulas senyum. Senyuman tulus yang baru pertama kalinya Fadli lihat selama iya mengenal sosok Adzkiya Az-zahra. Sosok yang mampu membuat hatinya mencair, sosok yang membuat hatinya meloncat riang kala itu. Itulah saat dimana Kiya juga untuk pertama kalinya melihat senyuman hangat yang penuh kasihsayang dari sosok Fadliansyah, yang selama hampir satu tahun dia kagumi. Ini jawaban dari kesabaran hatinya. Dari keyakinan akan keagungan Alloh. Dan disitulah keduanya berkata “Keagungan Alloh yang sangat nyata aku lihat adalah SENYUM TERINDAHMU”

Keterangan :
(* Mohon maaf saya mencantumkan nama sekolah, namun cerita ini hanya karangan fiksi belaka. Dan mohon maaf apabila ada kesamaan peristiwa. Terimakasih

Komentar

Postingan Populer