Kebersamaan

Pagi itu aku bangun kesiangan, padahal hari itu hari Senin. Harusnya aku bangun lebih pagi, bel pasti lebih pagi berbunyi karena pelaksanaan upacara bendera. Untungnya gerbang belum di tutup, aku sempat takut tidak bisa masuk. Aku mempercepat langkahku karena siswa-siswa sudah mulai memasuki lapang basket untuk upacara.
" Lihat tu anak kesiangan! " Comment Diky pas aku lewat depan aula
" Ren, si Aef belum datang jadi kita punya masalah soal pinpas sekarang." Arif menjelaskan permasalahan petugas upacara pagi itu. Memang setiap minggunya ada saja masalah soal petugas upacara. Kalau sudah begini, siapa yang repot? pasti OSIS, ya ampun cape dech!
" Terus kalian mau kemana? bukannya nyiapin petugas yang lain! " ucapku kesal dengan napas ngos-ngosan
" Alat-alat upacara belum di ambil karena kuncinya gak ada, kamu pegang kunci gak?" Diky malah balik nanya
" Lho, bukannya kemarin aku kasih ke kalian pas latihan upacara kan aku pulang duluan." jawabku
" Kalau tidak salah kuncinya dibawa sama Berly, tapi dia belum datang dan yang satunya dibawa si Roni dia gak masuk sekarang." Arif kembali menjelaskan sedang Diky terus saja menggerutu
" Ya sudah, kalian tunggu Berly digerbang, aku mau mengkondisikan petugas yang lain."
" Makanya jangan kesiangan!" Diky masih saja mengkritikku, tapi aku tidak peduli. Aku langsung menyimpan tas ke kelas, setelah itu aku ke tempat biasanya petugas bersiap-siap, tapi NIHIL tidak ada. Ya Tuhan dimana mereka? batinku. Aku berusaha mencari mereka ke kelas VIII-E ( kelas yang menjadi petugas upacara ) syukurlah mereka ada. Kemudian Diky dan Arif datang membawa perlengkapan upacara.
" Sudah ada? " tanyaku
" Dasar itu anak bener-bener gila! Bisa-bisanya bawa kunci datang terlambat." Diky mendengus kesal
" Sudah.. kita siap-siap di lapang basket saja! upacara sudah mau dimulai." ucapku
" Tapi Aef belum datang." ucap salah satu dari mereka
" Biar dia nyusul." saran Arif
Akhirnya kami bersiap-siap di lapang basket. Menit-menit terakhir sebelum upacara dimulai, Aef belum juga datang. Tapi tepat waktu peserta upacara di panggil untuk berbaris Aef datang.
" Ya Alloh syukurlah!" ucapku
Upacara berlangsung lancar, bahkan petugas upacara pun dapat kata 'OK' dari pak Budi. Syukurlah meski awalnya hampir membuat semua pengurus OSIS khawatir. Selesai upacara aku dan rekan OSIS lainnya membantu pak Roni ( penjaga sekolah ) membereskan alat-alat upacara. Waktu itu Merlina ( Puja ) menghampiriku.
" Na, 'ntar siang jadi kan? " tanyanya
" Iya dong ! Kalau nggak, mau kapan lagi? Kita kan cuma ada waktu dua minggu sampai pak Endin datang." Ucapku
" Iya sih.. tapi yang lain udah dikasih tahu kan? "
" Kemarin udah aku sms, tapi gak tahu deh! "
" Hey Ren, siang jadi kan? " tanya Arif tiba-tiba
" Jadi dong! pulang sekolah langsung ke Multimedia."
" OK lah." sahut mereka kompak
Aku senang dengan anak-anak KJR ( Kelompok Jurnalis Remaja ) yang juga pengurus mading. Mereka sangat kompak dan gampang di atur daripada anak-anak OSIS yang sering kali bikin hati aku jengkel, padahal seharusnya OSIS memberi contoh baik pada organisasi lain, tapi kenapa dari tahun ke tahun OSIS tidak pernah terlihat kompak. Kadang aku bicara pada diri aku sendiri ' coba saja OSIS kayak gini .' Aku sadar setiap organisasi mempunyai titik kelemahan, semoga saja ke depannya OSIS lebih baik.
Sepulang sekolah seperti yang direncanakan anak-anak KJR berkumpul di ruang Multimedia.
" Kenapa nggak masuk? " tanyaku
" Kami sengaja nungguin kamu biar kita masuk bareng-bareng." sahut Dena
" Kalian ini. " aku gemas sendiri
" Ya sudah yuck! jangan buang waktu." ucap Keke
Di dalam sudah ada pak Uus guru dokumentasi sekolah. Kami meminta ijin untuk mengolah bahan mading disini seperti biasanya, hanya saja waktu yang kami dapatkan hanya sebentar karena tidak ditemani pembimbing. Sayang sekali padahal kami butuh banyak waktu. Untuk mengolah madding, tidak hanya membutuhkan 2-3 hari bahkan mungkin satu minggu pun belum bisa kami selesaikan karena kami juga perlu memikirkan tugas sekolah.

Sepuluh hari berlalu…
Tepat hari Rabu kami belum juga menyelesaikan mading. Ternyata sulit sekali bekerja tanpa ada pembimbing. Kami kebingungan apa yang harus kami lakukan sedangkan waktu kami tinggal satu minggu lagi. Rabu depan Tanggal 26 Mei 2010 pak Endin, pembimbing kami datang. Kami harus secepatnya menyelesaikan mading, kami ingin memberikan hadiah untuk pembimbing kami yang waktu itu berulang tahun tepatnya tanggal 19 Mei, itulah hal utama yang memotivasi kami. Adapun hal lain, aku ingat pak Endin titip pesan sebelum beliau berangkat ke Bandung pesannya, " Ren kalau mading bisa terbit sebelum bapak datang, bapak traktir kalian semua. " mungkin itu juga yang memotivasi kami. Tapi sore itu aku lihat teman-teman seperti tidak bersemangat. Ya alloh apa yang harus aku lakukan? Mereka sepertinya kelelahan. batinku, melihat teman-temanku yang mulai lesu.
" Ja, sebaiknya kita lanjutkan nanti saja, yang lain kelelahan." ucapku pada Merlina
" Tapi Na, kalau nggak begini kapan selesainya?" ujar Dena
" Tapi kita kan gak bisa memaksakan diri Den." ucapku
" Kita lanjutkan saja nanti hari Jum'at, besok kita istirahat dulu." saranku
" Ya sudah gimana baiknya aja lah." ucap Keke
Akhirnya kami pulang dengan wajah sangat letih selama satu minggu full kami bekerja.

Hari Jum'atnya….
Kami berkumpul lagi di Multimedia, mengevaluasi dari pekerjaan kami kemarin ternyata tinggal tulisan yang belum. Tapi itu sudah teratasi, kami mencari bahan dari internet. Kami pun tidak lupa membuat kesan tersendiri selama membuat mading edisi ini, sekaligus pengucapan selamat untuk pembimbing kami yang berulang tahun. Setelah semua bahan terkumpul, kami mulai kebingungan untuk mencetak bahan. Waktu itu printer diruang Multimedia rusak. Mungkin kami bisa minta bantuan staf TU tapi, ah tidak enak ! Akhirnya kami berniat untuk mencetaknya di warnet depan sekolah, tapi yang jadi masalah adalah dananya. Kami kehabisan dana untuk ini, kas mading habis. Pembimbing yang biasa membantu kami tidak ada. Kami benar-benar kebingungan. Akhirnya, kami mengumpulkan dana sukarela dari masing-masing pengurus mading.
" Sudah terkumpul Ja? " tanyaku pada Merlina
" Ada yang belum mengumpulkan." jawabnya
" Siapa? " tanyaku
" Tuh anak dua! " tunjuk Merlina pada Arif dan Diky
" Kalian kenapa belum ngumpulin dana? " tanyaku
" Udah Na, mereka emang pelit." ucap Dena
" Sorry Na, uangku bener-bener abis." ucap Arif
" Kamu Diky? " tanyaku
" Besok deh.. ya! "
" Kan mau dicetak sekarang biar besok tinggal di tempel." Anissa ikut nimbrung
" Aku gak percaya uangmu habis Diky ! " sahut Merlina
" Aku juga gak percaya ! " ucapku kesal
" Ya udah terserah kalian mau percaya atau tidak." Diky malah cuek
" Kamu tuh nyebelin amat sih ! " aku benar-benar kesal
" Sedikit beramal kali Ky. " ucap Anissa
" Cewek bawel amat sich ! Iya-iya aku bayar berisik ! tapi, setengah dulu."
" Ya Alloh.. heran kok ada orang kayak kamu! " aku sangat kesal
Aku benar-benar dibuat kesal, gak di OSIS gak di KJR ini anak kerjanya cari gara-gara. Ya alloh dunia memang aneh, tapi inilah yang akan jadi warna dalam hidup. Akhirnya karena dana belum terkumpul bahan terpaksa dicetak besok.
Ke esokan harinya,, kami mencetak bahan dan langsung kami tempel. Meski sore itu hujan, tapi kami tetap menempelnya. Dengan penuh sukacita kami menata dan menghias mading. Anissa si Jail mulai beraksi, disaat-saat seperti ini dia sempat-sempatnya menjaili orang. Dia menyembunyikan tas Arif dan Diky di ruang guru. Aah dasar! Tapi gak masalah, itu sebagai kekesalan kami karena bukannya kerja mereka malah basket. Beberapa menit kemudian, Mading edisi 7 yang bertema Kebangkitan Nasional itu selesai dipasang. Alhamdulillah.. kami semua senang meski papan mading itu belum terisi penuh tapi itulah hasil jerih payah kami selama dua minggu, hasil yang cukup memuaskan.

Hari Rabunya…
Pembimbing kami, pak Endin datang. Kami menyambut dengan sukacita. Pulang sekolahnya kami dikumpulkan di perpustakaan.
" Ada apa pak? Mau di traktir iya pak? Sesuai janji lho." rayu Anissa
" Iya lho pak, janji itu hutang ! " ujar Keke
" Tenang saja bapak tidak lupa kok. Sebelumnya bapak ucapin terima kasih buat kalian karena sudah mau bekerja tanpa bapak. Kepala Sekolah pun ikut memuji karena kalian bisa menyelesaiakn mading sendiri. Terimakasih juga untuk ucapannya. Nah, sesuai janji bapak sekarang kalian bapak traktir, kalian maunya apa? " tanya pak Endin
" Aduh.. pak perut Anissa udah bubulukbukan." rengek Anissa
" Sabar unyil. " celetuk Diky
" Waadaaauuuu… sakit." rintihku kurang ajar kakiku di injak, aku mencari tahu siapa yang menginjakku ternyata Diky. Dia mengisyaratkan sesuatu pada kami, tangannya memegang aqua gelas yang sempat kami beli sebelum masuk perpustakaan. Ooh ya, kami mengerti.
" Ayolah pak, aku benar-benar lapar." ucapku
" Iya pak, asal jangan siomay aja." ucap Dena
Diky malah memercik-mercik air
" Hey jangan macam-macam sama bapak! Awas lho..! " ucap pak Endin curiga
" Bapak Ge-eR memangnya siapa yang mau macam-macam." Diky cuek
Terpaksa aku dan Merlina menginjak kakinya
" Waaadaaauu.. gila sakit." rintihnya
" DL .." seru kami kompak, disambut tawa riang dari semuanya
" Iya sudah yuck ke Bakso Bandara saja !" ajak pak Endin
Akhirnya kami pun menuju Bakso Bandara ( ngewa nya ^_^ ) waktu menuju parkiran motor Diky tiba-tiba saja memberikan aqua gelas itu padaku
" Hey .. jangan aku !" ucapku
" Ssstt… jangan berisik dodol." Diky sewot
" Ambil Na, sama kamu aja ! " ucapku pada Dena tapi, dena menolak
" Sini.. biar sama aku." ucap Merlina merebut aqua dari tanganku
" Bapaaaakk! " seru Merlina
" Ada apa? " pak Endin menghampiri kami
" Ini.."
BYYUUURRR… air aqua itu membasahi wajah pak Endin. Padahal pak Endin memakai helm. Semua menyambut itu dengan tawa dan ucapan Selamat Ulang Tahun untuk pak Endin. Pak Endin tidak marah justru malah ikut ketawa. Pak Endin sudah seperti sahabat, kakak, sekaligus guru bagi kami, ada saat jadi sahabat ada saatnya jadi guru. Saat itu semua kelelahan selama dua minggu sirna sudah. Kebersamaan, Itulah hal yang akan selalu berkesan di KJR. Selamanya tak akan di ganti sampai kapanpun.

Komentar

Postingan Populer